“Makhluk yang paling menakjubkan adalah manusia, karena dia bisa memilih untuk menjadi setan atau malaikat.”

Bukan Berita Clothing : Tanpa Judul

“Makhluk yang paling menakjubkan adalah manusia, karena dia bisa memilih untuk menjadi setan atau malaikat.”
-John Scheffer-

Sesaat kita berpikir dengan bijaksana, ditengah kehidupan sekarang yang penuh dengan potret kehidupan, penuh dendam, jejak langkah terhina, suka duka, yang kaya makin kaya dengan kalimat andalan “Mau makan dimana kita sekarang ini…” Sedangkan si miskin kebingungan dengan urusan perutnya.

Sahabatku, mari sejenak kita berpikir dengan bijak, berpikir jauh lebih baik dengan menggunakan nurani dan bukan hanya hati semata. Dewasa ini hampir semuanya di isi oleh hal-hal diluar nalar dan semua merupakan ujian, cobaan dan sebuah perjalanan yang kita sendiri tak mengetahui sampai mana cerita akhir dari kehidupan yang penuh episode ini.

Pernahkah kita melihat, mendengar ataupun memang merasakan suatu hal yang ganjil, sebuah hal yang pada akhirnya menjadi pembiaran-pembiaran yang berujung kepada cerita umum, hal biasa dan mungkin akan menjadi ciri khas dari bangsa yang kita cintai ini ?

Dari semua hal, kekacauan ataupun pembiaran-pembiaran yang merupakan suatu kebodohan massal. Seringkali kita menjadi orang yang terkotak-kotak, apatis dan hanya diam ketika suatu hal bodoh menjadi hal yang tidak untuk diperdebatkan, tidak penting dan menunjukkan kita tak peduli dengan hal tersebut.

Sebagai contoh, seseorang yang belajar dan menuntut ilmu di suatu lembaga. Kita tentu menyadarai betul dalam sektor pendidikan bangsa kita belum maksimal, sistem yang dibuat serta diperbaharui berkali-kali ini pun, bisa dikatakan belum benar-benar mampu dikatakan sukses ataupun efektif berjalan seperti yang diharapkan khalayak umum.

Pernah dengar kebiasaan bohong ? Kebiasaan berbohong yang akhirnya menjadikan hal tersebut menjadi bagian yang mendominasi dari sifat seseorang.
Apakah harus menutup mata ? Ketika lulusan sekolah menengah atas sudah dibiasakan tidak jujur, dalam hal ini Ujian Nasional yang sengaja dibantu beberapa oknum di setiap sekolah, agar semua siswa lulus dan mendapatkan ijazah ?

Mengelak ? Melawan dunia ? Apa ini mental bangsa kita ? Inikah ? Benarkah ?

Angka ? Banggakah…
Ada berapa ratus ribu pelajar yang sampai saat ini diam tanpa kata, seraya bangga atas pencapaian saat ini. Come on, don’t be like a superhero. Mungkin dari medio 2003an semua juga hampir dapat dipastikan dibantu oknum untuk lulus. Mimin pun merasakan hal yang sama, menjadi korban dari manusia yang miliki jabatan tertinggi di sebuah sekolah, menghalalkan segala cara, lalu berimbas kepada tingkatan selanjutnya.

To the point, setelah kita menjalankan kebodohan massal. Akhirnya saat ke arah jenjang yang lebih tinggi pun episode tersebut terulang, tak ada uang tak ada sayang. Maksudnya ? Ya semua mungkin lupa tapi memang benar uang dan uang adalah otak dari semuanya.

Setelah SMA kita menjadi korban, lalu saat masuk perguruan tinggi pun mungkin serupa terjadi, selanjutnya ke jenjang lebih tinggi yaitu mendapatkan pekerjaan dan kemudian hidup layak, meskipun membawa beban dari banyak kebohongan yang kita lakukan.

Semua terkadang diukur dengan uang, entah dari titik mana dimulainya. Namun memang semua mungkin menyadari jika kita ini terkadang hanya fokus untuk bahagia dan tidak peduli bagaimana prosesnya, caranya, karena jaman sekarang menghalalkan segala cara adalah hal biasa, dalam meraih sesuatu seperti kemenangan alias victory, hidup tenang, bahagia, dari muda sampai tua atau akhir hayat nanti.

Buat mimin, hidup ini bagaimana kita menilai hidup ini. Masalah gelar, jabatan, harta, tahta dan DNA itu nomer sekian.
Yang terpenting kita jadi orang yang bermanfaat, utamakan kejujuran seperih apapun episode kehidupan kita. Semiskin-miskinnya mereka yang jujur dan berjuang diatas kaki sendiri, akan selalu jauh lebih baik dari kaya raya karena hasil meminta ke sesama atau modal andalkan orangtua.

Poin utamanya apa min ? Berputar-putar membahas panjang lebar, intinya apa min ? Apakah ini bentuk frustasi mimin ?

Mblo’, apapun yang kalian pikirkan mengenai tulisan ini. Semua dikembalikan ke khalayak umum, masing-masing berhak menilai. Namun, kita harus sadari jika makna mengakui ataupun menerima itu tidak lebih mudah daripada meminta.

Maaf atas segala hal yang mungkin kurang berkenan, tak ada maksud menghina siapapun, karena tulisan ini hanya renungan seorang kulibahan.
Dan dengan segala kerendahan hati dari pendosa yang dicintai Tuhan. Mari kita mendoakan kebaikan untuk semuanya, jadilah diri sendiri dan ingatlah jika hidup didunia itu tidak selamanya.

-about miracle drug when nobody’s home-
#adminmagantaplaxmeja

Tinggalkan komentar